Senin, 01 Juni 2009

Satu Dollar Sebelas Sen

Satu Dollar Sebelas Sen
by Obor Motivasi


Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal yang sekarang bias menyelamatkan jiwa Georgi… tapi mereka tidak punya biaya untuk itu. Sally mendengar ayahnya berbisik, “Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang.”
Sally pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat persembunyiannya. Lalu dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai dan menghitung secara cermat…tiga kali. Nilainya harus benar- benar tepat.

Dengan membawa uang tersebut, Sally menyelinap keluar dan pergi ke toko obat di sudut jalan. Ia menunggu dengan sabar sampai sang apoteker memberi perhatian… tapi dia terlalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu oleh seorang anak berusia delapan tahun. Sally berusaha menarik perhatian dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal. Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase. Berhasil!
“Apa yang kamu perlukan?” tanya apoteker tersebut dengan Doctorsuara marah. “Saya sedang berbicara dengan saudara saya.”
“Tapi, saya ingin berbicara kepadamu mengenai adik saya,” Sally menjawab dengan nada yang sama. “Dia sakit…dan saya ingin membeli keajaiban.”
“Apa yang kamu katakan?,” tanya sang apoteker.
“Ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bias menyelamatkan jiwanya sekarang… jadi berapa harga keajaiban itu ?”
“Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu.”
“Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa harganya.”

Seorang pria berpakaian rapi berhenti dan bertanya, “Keajaiban jenis apa yang dibutuhkan oleh adikmu?”
“Saya tidak tahu,” jawab Sally. Air mata mulai menetes di pipinya. “Saya hanya tahu dia sakit parah dan mama mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi. Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya… tapi saya juga mempunyai uang.”
“Berapa uang yang kamu punya ?” tanya pria itu lagi.
“Satu dollar dan sebelas sen,” jawab Sally dengan bangga. “dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini.”

“Wah, kebetulan sekali,” kata pria itu sambil tersenyum. “Satu dollar dan sebelas sen… harga yang tepat untuk membeli keajaiban yang dapat menolong adikmu”. Dia Mengambil uang tersebut dan kemudian memegang tangan Sally sambil berkata : “Bawalah saya kepada adikmu. Saya ingin bertemu dengannya dan juga orang tuamu.”

Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal…. Operasi dilakukannya tanpa biaya dan membutuhkan waktu yang tidak lama sebelum Georgi dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat. Kedua orang tuanya sangat bahagia mendapatkan keajaiban tersebut. “Operasi itu,” bisik ibunya, “adalah seperti keajaiban.

Saya tidak dapat membayangkan berapa harganya”. Sally tersenyum. Dia tahu secara pasti berapa harga keajaiban tersebut…satu dollar dan sebelas sen… ditambah dengan keyakinan.

Hadiah Terbaik
Kepada kawan – Kesetiaan
Kepada musuh – Kemaafan
Kepada ketua – Khidmat
Kepada yang muda – Contoh terbaik
Kepada yang tua – Hargai budi mereka dan kesetiaan.
Kepada pasangan – Cinta dan ketaatan
Kepada manusia – Kebebasan

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Sembuhkan Penyakit dengan Bersedekah

Di Bontang, Kalimantan Timur ada sebuah perusahaan kaya raya dengan fasilitas yang luar biasa bagi karyawannya. Penghasilan para pegawainya berlipat-lipat dibanding dengan perusahaan swasta maupun nasional lainnya. Tunjangan berupa rumah, mobil, pendidikan anak bahkan makan pun diberikan. Beberapa kali saya berkunjung ke sana maka saya hanya berkomentar, "Betapa beruntungnya mereka yang tinggal dan bekerja di tempat ini!" Mereka hidup di sebuah komplek yang terisolir dari dunia Bontang. Pagar-pagar mereka kokoh berdiri dan lengkap dengan petugas keamanan yang membuat komplek perumahan itu terisolir dari dunia luar.
Penghasilan besar yang mereka dapat, -mungkin sebab sulit untuk mendapatkan mustahik-, maka kewajiban zakat dan sedekah pun barangkali tak tersalurkan. Namun meski demikian hal yang menjadi hak Allah adalah tetap menjadi hak-Nya. Dimana suatu saat Dia pun akan menagihnya.



Sore itu saya diminta bersilaturrahmi dengan sebuah majlis taklim kaum ibu di sana. Tema yang diminta membuat saya berpikir keras untuk mencari referensinya.. BEROBAT DENGAN SEDEKAH!!! "Darimana saya harus memulai...?" saya membatin..

Alhamdulillah atas izin Allah Swt ceramah pengantar yang saya berikan terasa nikmat. Jangankan untuk mereka kaum ibu yang mendengarkannya, saya sendiri saja merasakan kenikmatan itu. Rupanya Allah Swt memberi keberkahan pada majlis kami saat itu. Tanpa terasa saya dapati beberapa 'ilmu ladunni' yang Allah berikan. Sehingga saya belajar saat mengajar. Menjadi mengerti bersama orang-orang yang mencari pemahaman.

Allah mewariskan ilmu yang diketahui seseorang, asalkan ia mengamalkan ilmu yang sudah pernah ia ketahui. (Muhammad Saw)

Usai pembicaraan kurang lebih sekitar setengah jam, maka saya menawarkan kepada peserta majlis untuk bertanya dan berdialog. Di sana rupanya ada seorang ibu berusia lebih dari 40 tahun, sebutlah namanya Reni. Tiba-tiba ia mengacungkan tangan dan ternyata ia bukan hendak bertanya akan tetapi ia ingin berbagi pengalaman kepada semua peserta yang hadir. Reni pun memulai kisahnya:

Kira-kira 17 tahun yang lalu Reni hamil untuk pertama kali. Allah Swt menakdirkan bahwa Reni keguguran. Maka dari Bontang, ia pun diantar oleh suaminya pergi ke Balikpapan dengan pesawat untuk berobat ke seorang dokter terkenal di sana bernama Yusfa. Akhirnya Reni dikuret rahimnya.

Sepulangnya dari Balikpapan, Reni mendapati dari qubulnya selalu keluar darah dalam jumlah banyak. Bahkan lebih banyak dari menstruasi rutin. Apalagi bila ia bangun tidur, ia dapati kasur dan sprei selalu bersimbah darah. Ia panik dan kalut mengatasi hal ini. Maka ia pun kembali lagi ke Balikpapan bersama suaminya untuk berobat ke dokter Yusfa.

Sayangnya sang dokter tidak mengerti sebab pendarahan hebat ini. Maka yang terjadi adalah kali itu Reni dikuret lagi. Sakit dan perih, itulah yang dirasakan Reni!

Namun pendarahan itu masih tetap saja terjadi, padahal hampir setiap dua hari sekali Reni dan suami terbang Bontang-Balikpapan untuk mengkonsultasikan penyebab pendarahan ini. Namun tindakan yang diambil oleh dokter Yusfa hanyalah mengkuret rahim Reni. Reni dan suami hanya bisa pasrah dan berharap pertolongan Allah Swt atas musibah ini.

Kejadian ini berlangsung cukup lama. Hingga tubuh Reni bertambah ringkih, rumah tangga tak terurus, uang tabungan terkuras dan suami tidak bisa bekerja tenang sebab harus sibuk mengurusi Reni. Sepertinya ada sebuah cobaan besar yang sedang Allah Swt timpakan kepada Reni dan suaminya.

Reni & suami terus berdoa kepada Allah Swt agar diberi jalan keluar dari masalah ini.

Hingga akhirnya Allah Swt pun mendengar dan mengijabah doa mereka

Hari itu Reni dan suami hendak terbang ke Balikpapan untuk berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Namun ada suara hati yang berbisik pada diri Reni. Ia bawa sejumlah uang dalam jumlah besar. Uang itu bukan ia niatkan untuk bayar biaya pengobatan, akan tetapi ada sebuah cita-cita mulia di sana yang ingin ia wujudkan. Cita-cita itu adalah, "AKU INGIN BERSEDEKAH!" Sejumlah uang itu pun ia masukkan ke dalam tas tangan yang Reni bawa.

Pesawat telah membawa Reni dan suaminya pergi menuju Balikpapan. Setibanya di bandara Sepinggan, Balikpapan Reni berjalan tertatih dipapah oleh sang suami. Dengan susah payah, Reni pun akhirnya tiba di dalam ruang bandara. Di dalam hati Reni berdoa kepada Tuhannya, "Ya Allah, datangkan untukku seorang pengemis yang bisa menerima sedekahku. Izinkan aku untuk bersedekah di hari ini!"

Keinginan untuk bersedekah itu membuncah lagi di hati Reni. Sungguh ia amat berharap untuk bisa bersedekah kali itu.

Pintu keluar bandara sudah dilalui oleh Reni dan suami. Subhanallah, tiba-tiba ada seorang pria berpakaian lusuh menyapa Reni dan menjulurkan tangan tanda minta sedekah. Reni bergembira dan yakin bahwa inilah ijabah doa dari Allah Swt. Tanpa banyak berpikir, ia merogoh tas tangannya. Sejumlah uang yang sudah disiapkan ia berikan ke tangan pengemis itu. Maka pengemis dan suami Reni melongo melihat jumlah uang yang Reni sedekahkan. Reni pun melanjutkan langkahnya bersama suami dan kemudian mereka masuk ke dalam sebuah taksi untuk pergi ke rumah sakit tempat dokter Yusfa berpraktek.

"Untuk apa uang sebanyak itu kau sedekahkan?!" tanya sang suami. Reni menjawab dengan yakin, "Boleh jadi dengan sedekah itu Allah Swt menyembuhkan penyakitku, Pa!" Mendapati jawaban seperti itu suami Reni tidak banyak mendebat. Memang di saat-saat seperti ini, hanya pertolongan Allah saja yang dapat menyelamatkan mereka.

Seperti kali sebelumnya, tidak ada jawaban positif dari dokter Yusfa atas penyebab pendarahan yang keluar dari qubul Reni. "Hingga saat ini, saya belum tahu pasti apa penyebabnya" jelas dokter Yusfa.

Maka Reni dan suami pun kembali ke Bontang tanpa hasil memuaskan.

Pendarahan hebat masih terus terjadi dari rahim Reni setiap hari. Reni hanya bisa bersabar dan pasrah atas takdir yang telah Allah Swt tetapkan pada dirinya. Pagi itu, Reni tengah berada di dapur untuk membuat masakan ringan. Tiba-tiba terasa olehnya ada sesuatu yang tidak beres di perutnya dan ia pun ingin pergi ke toilet. Rasa ingin buang air itu seperti tak terkendali... Hingga Reni harus berlari sebab khawatir ia tak kuasa menahannya. Atas izin Allah Swt ia kini sudah berada di kamar mandi. Namun hanya pakaian luar saja yang sempat ia buka, sedangkan pakaian dalam tak sempat ia tanggalkan. Rupanya ada segumpal daging penuh darah yang keluar dari qubul Reni dan ternyata ia tidak mau buang air. Segumpal daging penuh darah itulah rupanya yang membuat Reni terdesak untuk buang air.

Merasa aneh dengan segumpal daging itu, maka Reni mengambil sebuah kantong plastik kecil dan memasukkannya ke dalam kantong tersebut. Reni berpikir bahwa ia harus menanyakannya kepada dokter Yusfa tentang benda aneh ini.

Pagi itu adalah jadwal Reni berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Ia seperti biasa pergi ke Balikpapan didampingi oleh suaminya. Konsultasi kali itu, seperti biasa tidak memberikan perkembangan ke arah positif sama sekali. Hampir saja Reni putus asa dengan keadaan ini. Namun tiba-tiba ia teringat akan kejadian aneh kemarin pagi. Lalu ia pun merogohkan tangannya ke dalam tas dan mencari-cari plastik kecil berisi segumpal daging penuh darah. Ia keluarkan plastik kecil itu dan ia sodorkan kepada dokter Yusfa. Kejadian aneh kemarin pagi itu diceritakan oleh Reni kepada dokter Yusfa. Dokter Yusfa menerima plastik berisikan benda aneh itu. Dahinya berkerut tanda bahwa ia berpikir keras tentang benda ini. Dan beliau pun berkata, "Ibu dan bapak mohon tunggu sebentar di sini... Saya akan pergi ke laboratorium untuk memeriksakan hal ini!"

Saat dokter Yusfa pergi meninggalkan ruangannya, Reni dan suami hanya berharap bahwa dokter Yusfa akan datang membawa sebuah berita gembira untuk mereka.

Kira-kira 20 menit kemudian dokter Yusfa datang sambil berlari. Ya berlari, bukan berjalan! Begitu pintu terbuka dokter pun berteriak dengan nada keras, "Alhamdulillah bu Reni.... Alhamdulillah....!!! Saya baru mengerti rupanya pendarahan selama ini disebabkan kanker rahim yang ibu alami... dan benda ini adalah kanker rahim tersebut. Cuma saya hanya mau bertanya bagaimana cara kanker ini bisa gugur dengan sendirinya...?!"

Subhanalllah.... rupanya penyebab pendarahan hebat selama ini adalah sebuah kanker yang tidak dapat terdeteksi. Pertanyaan terakhir dari dokter Yusfa tak mampu dijawab langsung oleh Reni. Namun Reni hanya mampu bersyukur kepada Allah bahwa akhirnya pertolongan itu datang juga untuknya setelah penantian yang cukup lama. Akhirnya pendarahan pun terhenti begitu saja, dan rupanya pertolongan Allah Swt tiba setelah Reni bersedekah dengan sejumlah harta yang sudah ia cita-citakan.

"Sembuhkan penyakit kalian dengan cara sedekah. Lindungi harta yang kalian miliki dengan zakat." HR. Baihaqi

Sedekah sungguh sebuah perkara yang mengagumkan. Apakah anda pernah mengalaminya?!

Regards,

Jangan Benci Aku, Mama!

Ada cerita yang sangat menyentuh nih, Kisah nyata di Irlandia Utara, Silahkan disimak ya...

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja untuk dijadikan budak atau pelayan.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica.
Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami
mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak
yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur
4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang
yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan
membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung
kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya
tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah
rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5
tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur
12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan.
Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang
mengingatnya.
Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak.
Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah
saya.
Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu
cekali pada Mommy!"
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya
menahannya, "Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak
manis?"
"Nama saya Elic, Tante."
"Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?"
Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai
perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba
terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film
yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa
jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu.
Ya, saya harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak
pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba
bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan
menjemputmu Eric...
Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan
Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?"
"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu." tTpi aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. ..
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami
yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya
keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap
lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya
mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan
lamanya dan Eric..
Eric...
Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan
sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang
terbuat dari bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apa
pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan
kecil itu.
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. ..
Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya
pun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras.
Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai
menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat
seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat
itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian
kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"
Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!
Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini,
Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena
tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal
Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai
pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti
itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia
belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis
ini untukmu..."
Saya pun membaca tulisan di kertas itu...
"Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."
Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan...
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!"
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia.. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana ... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana .
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

(kisah nyata di irlandia utara)

Tetap Setia

Tetap Setia
Created by : admin

Mungkin kisah yang terjadi di kota Amman, Jordania, tergolong langka, unik sekaligus mengundang geli. Seorang pria Jordania yang bernama Bakr Melhem merasa kesepian karena hidup terpisah dengan istrinya yang berada di luar kota. Pria ini iseng-iseng “berselingkuh” dengan wanita lain dalam dunia maya melalui chatroom (ruang ngobrol) di internet. Setelah tiga bulan saling chatting, mereka benar-benar merasa cocok dan saling jatuh cinta. Bahkan sepasang kekasih di dunia maya ini berniat menikah. Mereka lantas membuat janji untuk bertemu di sebuah tempat. Namun saat mereka berdua bertemu, mereka terkejut dan terkesima. Bukannya apa-apa, tapi ternyata “wanita selingkuhan” di internet ini adalah istrinya sendiri. Kontan saja mereka berdua saling menuduh bahwa ia pasangan yang tidak setia. Rencana perkawinanpun batal dan sebaliknya mereka berdua sepakat untuk cerai karena satu sama lain tidak setia!

Kesetiaan memang menjadi barang langka bagi peradaban dunia modern ini. Begitu mudahnya seorang suami berselingkuh dengan wanita lain, sementara itu si istri juga tidak mau kalah dan segera mencari pria idaman lain (PIL). Ujung-ujungnya pun sudah bisa ditebak, mereka memutuskan untuk cerai. Yang menyedihkan, hal yang seperti ini tidak hanya terjadi di kalangan orang yang tidak kenal Tuhan, sebaliknya banyak orang juga bercerai karena tidak ada lagi kesetiaan.

Semua ketidaksetiaan ini biasanya dipicu oleh pendapat umum yang berkata bahwa rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau dibandingkan dengan rumput di halaman kita sendiri. Terjebak dengan pandangan yang seperti ini membuat satu sama lain mengorbankan kesetiaan demi mendapatkan sesuatu yang lebih “hijau”, padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Perbedaan pendapat memang kerap kali terjadi dan kekurangan-kekurangan pasangan kita memang akan semakin terlihat, tetapi itu bukan berarti melegalkan ketidaksetiaan kita. Justru di saat kita melihat ada kekurangan dan kelemahan di sana sini, tugas kitalah untuk menutup dan menjadi pelengkap baginya. Andaikata setiap orang punya pandangan seperti ini, tentu ketidaksetiaan dan perselingkuhan bisa ditekan sampai titik nol!

Tidak ada yang melegalkan ketidaksetiaan, termasuk kekurangan dan kelemahan pasangan kita

Mayat Bukan Hanya Yang Dikubur

Mayat Bukan Hanya Yang Dikubur
August 17, 2008 · Filed Under Tips Motivasi by Obor Motivasi


Mayat bukan siapa siapa saja yg ada di kubur,
Tapi siapa-siapa saja yang hidup dengan semangat dan jiwa terkubur.
( Indrawan yepe)

Seringkali dalam kehidupan kita disinggahi hal-hal yang meruntuhkan semangat dan jiwa kita agar selalu lemah setelah bersemangat.
Ada sebuah kisah yang saya alami ketika saya diundang mengisi training untuk motivasi dan intropeksi kurang lebih sebulan sebelum gempa Yogya –Jateng tahun 2006 dengan lokasi tepat di pantai parang kusumo yogyakarta yang pesertanya siswa SMU dan Mahasiswa, dalam sela-sela kesempatan waktu ada seseorang yang asyik ngobrol dengan saya berdua sambil mengeluarkan segala keluh kesahnya, yg paling menarik buat saya adalah cerita dimana sehari sebelum pertemuan dengan saya dia berusaha meregang nyawa dengan cara yang bathil alias mencoba mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Melihat dari fisiknya ia seorang lelaki yang gagah ganteng dan secara fisik sempurna tetapi ia hampir saja menjadi mayat yang sesungguhnya dan dikubur dg sia-sia, lumayan masih tertunda kurang dari 24 jam semenjak belum ketemu dengan saya.dari pertemuan ini diri saya harus bisa masuk menyelaminya dg tanpa menggurui dan yang pasti saya lakukan saat itu saya harus menjadi pihaknya dan memberikan nasib yang sama sebelum meneruskan pembicaraan yang merupakan bagian tantangan konseling.
Masalah yang utama adalah keluarga; diawali pertemuan yang tak sengaja melalui jaringan internet dg wanita yg ayah dan ibunya menjadi orang penting di provinsi Irian barat, keluarga pejabat birokrasi pemerintaan yg masing-masing adalah kepala meski beda departemen, dg kekayaan yang melimpah. Cukup minder dengan masalah keuangan dan juga mendengar kabar kemunkinan yang tidak disetujui, maka kawan bicaraku tadi mencari cara untuk berbohong dan juga melewati jalan yang buruk yaitu hubungan seks sebelum pernikahan dan akhirnya wanita cantik yang akan dinikahinya hamil lebih dahulu dan orang tuanya terpaksa meminta tanggung jawab.dan kawan ini masih saja berbohong tentang pekerjaan dan harta,karena dimaksudkan mengimbangi.karena kebohongan itu seperti bangkai busuk yang meski semakin ditutup-tutupi tetap akan tercium juga baunya dan bau itu semakin lama semakin busuk. Inilah yang membuat kekacauan kehidupanya, kedua orang tua wanita tersebut merasakan bau itu dan ditumpahkan sekuat mungkin baunya.meski demikian tetap juga ada kesalahan besar kenapa kawan ini berusaha berbohong, tentu juga karena tuntutan orang tua wanita tersebut,”saya tak menyalahkan kau kawan” kataku padanya dan teruskan ceritanya.
Keluhan demi keluhan disampaikan dan aku menikmati setiap kata sehingga aku juga mengalir disela sela suara ombak parangkusumo.
Kemudian usai acara berkisar jam 11 malam kami lanjutkan berada di pinggiran api ungun yang dinyalakan peserta traning, bergabung dengan kami berdua seorang ustadz yang memimpin dan yang mengasuh para peserta training di sebuah pesantren yg beliau pimpin.
Semakin asyik obrolan yang semula berdua menjadi bertiga,masalah demi masalah,keluhan demi keluhan saya dengarkan dengan ustadz tadi yang mana saya dan ustadz berusaha memberikan solusi dan tanggapan.
Keajaiban terjadi ketika kami memberikan tanggapan ternyata seide dan sepaham sehingga solusi semakin dekat ditemukan kawan yang punya semangat dan jiwa tekubur menjadi lebur bersama gerimis yang membasahi pakaian dan tubuh kami yg tidak beranjak dari tempat kami duduk, karena ada rasa syukur yang menstimulus kami untuk menikmati gerimis yang disusul hujan.
Disela-sela bibir kawan yang basah bergetar yang air matanya lebur dengan tetesan hujan ia mengatakan kejujuran batinnya “selama ini saya disalahkan dan disalahkan,disudutkan hingga dada terasa terhimpit tembok yang sangat tebal, bapak, ibuku menyalahkan, kakakku, keluargaku, semua orang-orang dekatku menyalahkan terlebih mertuaku yang gila harta, semua menghimpit sampai sesak dada ini tak basa bernafas hingga ubun ubun merasa ada batu sebesar kepalan yg selalu menghantam dan otakku dipenuhi dg paku tumpul.hanya, cuma Mas dan Bapak yang tidak menyalahkanku, aku bersyukur ketemu Mas dan Bapak, mungkin kalau tidak, besok saya melanjutkan proses kematianku yang hina”.
Saya dan ustadz tadi benar benar bersyukur Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam.Ustadz tadi memberikan kata-kata terakhir, ”mulai besok tinggalah di tempat kami di pesantren kecil,tak perlu membayar sewa tinggal dan makan gratis,dg catatan kamu punya ilmu tentang computer dan teknologi yang harus kau terapkan pada adik-adikmu yg tinggal bersamamu, dan kamu menjadi orang yang berarti juga untuk kami”.
Dan saya juga katakan “meski terpisah sementara dari istrimu, ternyata kamu sangat mencintai dan dia mencintamu, juga anakmu yang membutuhkan sosok ayah, ambilah keputusan yang terbaik untuk keluargamu sendiri jangan hiraukan orang lain, citakan sebuah kebahagian untuk dirimu,istrimu dan anakmu kebahagiaan dunia dan akhirat, kamu bisa dan pasti mampu asal tak pernah kau kubur kembali jiwa dan semangatmu. Dan kematian bukanlah keputusanmu & Rizki bukanlah pemberianmu”.
Seringkali hanya dengan menyalahkan seseorang, tidaklah dapat merubah seseorang yang benar-benar bersalah.

Kegagalan seharusnya adalah guru kita, bukanya pengurus pemakaman kita.Kegagalan adalah penundaan bukanya kekalahan.Kegagalan adalah perubahan rute sementara,bukanya jalan buntu. (John Maxwell)

Tiap tiap yang berjiwa pasti akan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah di sempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari api neraka dan di masukkan kedalam surga, maka ia telah beruntung. kehidupan didunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS.Ali Imron:185)

kisah nyata dari penulis:Indrawan Yepe
seorang motivator,designer artist,arangger.trainer,hamba yang lemah disisiNYA

Mama Jangan Tinggalin Ade Ya...

Mama Jangan Tinggalin Ade Ya…
by Obor Motivasi


31 Desember 2004 ..
Suatu siang di tenda penampungan pengungsi di Blang Bintang, Banda Aceh. Seperti hari-hari lalu, banyak orang lalu lalang diantara barisan pengungsi yang tercerai berai dari keluarganya. Ada pejabat-pejabat yang menghibur dan membesarkan hati mereka. Juga relawan yang hilir mudik mengemasi sumbangan para penderma. Diantara kesibukan itu, suara tangis terdengar lamat-lamat. Seorang gadis kecil duduk di pojok tenda, berbaju tidur motif kembang. Wajahnya suram, air matanya mengalir bak sungai kecil.

Kepalanya dililit perban, menutupi rambutnya yang pendek. Diantara tangisnya berulang kali gadis itu menyebut “Papa … Mama” dan air matanya berurai deras lagi setelahnya.Hari memang tiba-tiba amat cepat bergulir bagi Putri. Sepuluh tahun masa lalunya di Lampasah, Banda Aceh, digulung ombak dalam waktu setengah jam, di sebuah hari menjelang pagi lima hari sebelumnya. Sekejap saja, gadis kecil bermata bulat itu kehilangan semuanya. Rumah, boneka, empat saudara dan sepasang orang tua. Juga mal di Banda Aceh tempatnya makan ayam KFC jika akhir pekan bersama keluarganya, yang hancur diterjang gelombang tsunami.

“Ada boneka banyak ..juga terbawa. mama dan papa juga,” bisiknya lirih. Matanya menatap tayangan televisi. Minggu (2/1), ketika sebuah stasiun televisi menayangkan gambar Banda Aceh dengan hiruk pikuk terakhir,Youlanda Putri justru sudah ribuan kilo jauh dari sana. Tangisannya di pengungsian, memilukan banyak orang yang mendengarnya. Beruntung, tiba-tiba seseorang mendekat, mengajaknya ikut terbang ke Jakarta.

“Melihatnya nangis terus, saya tanya itu anak siapa. Katanya anak polisi juga, tapi sudah nggak ada semua. Entah gimana, saya merasa ada sesuatu disini dan lalu ingin membawanya,” kata Didi Widayadi, menunjuk dadanya. Selama bertahun-tahun, ia dan Siti Aisyah, istrinya, berangan memiliki anak perempuan, setelah putra semata wayangnya, Endi, beranjak dewasa.

*****
Siapa nyana, anak perempuan itu `disiapkan’ Tuhan bagi keluarga Didi, di pengungsian. Gadis kecil yang kurus dengan luka menganga di dahi sampai pangkal kepala. Luka itu justru baru diketahuinya ketika sudah membawa Putri ke Jakarta. Sabtu (1/1) malam ketika sampai di Jakarta, Didi curiga melihat cairan yang terus meleleh di dahi Putri. Meski anak adopsinya itu tak mengeluh, rasa penasaran membuatnya ingin tahu seperti apa luka di dahi Putri.

“Ketika dibuka perbannya, lukanya begitu dalam. Ketika disana katanya sudah dijahit, jadi saya tenang. Nggak tahunya lukanya hanya disumpel kapas lalu diperban. Ketika kita buka, luka itu sudah busuk dan bau, nanahnya juga banyak sekali sampai habis tisue di kamar,” urai Didi sembari menggeleng-gelengkan kepala. Putri juga nangis terus sambil menjerit-jerit “Papa, tolong Ade. Papa nggak sayang Ade. Papa nggak sayang Ade!” Putri pun dilarikan ke rumah sakit Soekanto, Kramat Jati Jakarta Timur. Hasil rontgen, Sabtu (2/1) siang memperlihatkan ada sebuah paku sepanjang 3 cm di pelipis kanan Putri. “Menurut ceritanya, ketika badai itu kepala Putri terhantam meja yang melaju deras digulung ombak. Mungkin paku dari situ yang masuk kepalanya,” kata dr. Harry Sugiarto SpB, ahli bedah yang mengoperasi kepala dan kaki Putri di rumah sakit Soekanto Kramat Jati, Jakarta Timur.

Khawatir ada infeksi yang bisa menjalarlah yang membuat kepala Putri di rontgen. Ternyata, tengkorak kepalanya bagus, hanya dahi sampai pangkal kepala yang terluka parah. Beberapa jam setelah rontgen, meski resminya hari itu libur, diputuskan untuk mengoperasi kepala Putri, mengeluarkan paku di pelipis kanan dan menjahit luka menganga di dahinya.

*****
“Beberapa kali ada bayi di rumah sakit, gemuk, lucu. Anak saya bilang `Ma, lucu bayinya. Adopsi aja.’ Tapi saya selalu bilang `Nggak ah, saya belum sreg,’” kenang Siti Aisyah. Tapi Jum’at (31/12) itu, ia merasa takdir menyiapkannya bertemu Putri, gadis yang selamat karena susah payah `menunggang’ bantal ketika gelombang air dahsyat hendak menggulungnya. Melihat gadis itu begitu ketakutan, menderita dan butuh perlindungan, hatinya luluh.

“Saya nggak ada pikiran apa-apa lagi. Tahu-tahu hati kecil saya bilang `iya’ dan kami bulat membawa anak itu ke Jakarta,” lanjutnya. Dalam waktu beberapa jam saja, ia merasa Putri bagai terlahir sebagai anak kandungnya. Setiap kali, tangan Putri seperti tak ingin lepas bertautan dengan tangan orang tua barunya. “Mama jangan tinggalin Ade ya,” bisik Putri selalu. Beberapa kali, kalimat itu sempat membuat mata Siti Aisyah berkaca-kaca.

Diakuinya, banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Sifat Putri yang keras kepala, rasa trauma yang dalam karena kehilangan keluarga asalnya, menjadi masalah yang kelak harus dihadapi pasangan ini terhadap anak adopsinya. “Tapi saya sudah ikhlas mengambilnya sebagai anak saya. Selama ini sama Endy nggak pernah sekalipun saya nangis. Tapi pas liat dia (Putri) kesakitan, saya betul-betul sedih dan nangis,” kata Didi. Apalagi ketika ia tanya apa yang bisa membuat Putri bahagia, gadis kecil itu menjawab “Aku ingin Mama dan Papaku.Mereka sudah ketemu belum?” .

*****
Meski dalam kondisi tertekan, Putri cenderung tenang untuk ukuran anak seusianya. Sepintas, kecepatannya beradaptasi di keluarga barunya seperti menjelaskan gadis kecil itu cukup cerdas. Syahdan, anak keempat dari lima bersaudara itu selalu ranking di sekolahnya di Lampasah, Banda Aceh. Ayahnya Brigadir Sudirman, adalah anggota Intel Polda NAD. Ibunya, Juariah, lebih sering menemaninya main boneka di rumah. Kini, hanya kenangan yang hidup dalam dirinya, setelah kelaurganya hilang belum tentu rimbanya. “Mama pintar bikin asam manis. Ikan asam manis. Kita juga suka ke mal makan KFC (Kentucky Fried Chicken),” kata Putri sambil tersenyum kecil. Sesekali, tangannya sibuk berkonsentrasi memencet tombol-tombol handphone barunya. “Lagi sms-an sama kak Sasha,” lanjutnya ketika ditanya asyik ngobrol sama siapa.Kadang, ketika rasa kehilangannya muncul, Putri yang semula pendiam berubah menjadi rewel dan keras kepala. Ia merengek-rengek minta boneka atau makanan kesukaannya. “Tapi setelah dibelikan, boneka itu cuma diliatin. Makanan juga cuma beberapa sendok lalu dia nggak mau lagi,” keluh Siti Aisyah. Jika sudah begitu, yang bisa dilakukan hanya bersabar.

Karena kini, cuma itu satu-satunya jalan. “Saya cuma ingin menolongnya. Semoga saya mampu menyekolahkannya sampai selesai,” bisik Siti Aisyah, Senin (3/1) siang itu. Sesekali, ia mengintip Putri yang terbaring tenang dalam tidur “Memang harus sabar, ini menyangkut kondisi psikisnya juga. Untuk luka di kepalanya itu butuh waktu 1 bulan. Tapi operasi kosmetiknya lebih baik dilakukan nanti 6 bulan lagi setelah benar-benar pulih,” ujar dr Harry Sugiarto, ahli bedah yang menangani Putri. Pun demikian, garis luka di dahi Putri diyakini tak bisa hilang benar. Kalaupun bisa, hanya disamarkan dengan bedak.Daging di ujung pergelangan kaki kiri Putri pun sebagian harus di buang karena sudah busuk. Pertumbuhan kulit barunya juga harus menunggu 1 sampai 2 bulan lagi.

******
“Papa sayang Ade nggak?” kalimat pelan itu seperti memecah malam. Padahal saat itu, Minggu (2/1), Putri sedang nonton film kartun di televisi, sambil tangan kirinya memegang erat tangan kanan Didi Widayadi, papa barunya “Sayang sekali dong. Ade kan anak Papa,” Didi tersenyum, menyembunyikan rasa haru yang mulai terlihat di matanya. Diluar, malam mulai merayap tanpa suara Setelah beberapa tamu datang menjenguk Ade, panggilan sayang Putri, gadis kecil itu tampak lelah. Makan malam dari rumah sakit hanya dicicipinya sedikit.

“Asin. Nasinya lembek,” keluhnya sambil menjauhkan mulutnya dari piring makannya. Sekilas, bibirnya cemberut. Lalu tersenyum lagi ketika disinggung umurnya. “11 tahun … mmm … 8 Mei nanti. Masih lama ya?”katanya sambil matanya sekilas menerawang. Mungkin ia sadar, ketika tiba saat yang empat bulan itu, umurnya bertambah dalam kesendirian. Tanpa Sudirman dan Juariah, orangtua sedarahnya Tanpa empat saudara kandungnya.Tapi Putri punya orang tua dan saudara-saudara baru, yang mungkin belum dimiliki anak-anak lain di tempat pengungsian Aceh, sampai saat ini. Ada boneka pink berbentuk tulang yang hangat menyangga kaki kirinya yang masih sakit dibelit perban. Juga kawanan boneka lain yang mulai berdatangan di kamar sejuknya di rumah sakit.

Malam itu, Putri tidur mengapit tangan papa barunya. Ayah dan anak itu sama-sama baru mengakhiri penantian. Di tempat tidur yang hangat, tanpa takut kedinginan dan kehilangan perlindungan lagi, mata Putri beberapa kali mengerjap, lalu tidur lagi. Masa kecilnya masih bisa ditempuhnya dengan indah, segera setelah pulih lahir dan bathin. Sementara ribuan kilo dari sisinya, ribuan anak menanti nasib baik,di berbagai pelosok Aceh. Mereka pasti menanti suatu malam dimana mereka bisa tidur dalam pelukan hangat orang tua – orang tua yang tulus, yang membuat masa kecil mereka bisa berlanjut. Seperti Putri. (Lily Bertha Kartika)
Sumber: Kompas – Selasa, 04 Januari 2005

Jangan Marah, Ayah!

(dikutip dari Cerita Motivasi)

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yangdibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampakjelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembanturumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar.. Dia juga beristighfar. Mukanya merahpadam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan."

"Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata " DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ... kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa..

Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apamenagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan.

Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa...

Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu..

Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belahangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya.

"Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya.

Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.
"Dita demam, Bu"...jawab pembantunyaringkas.

"Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas.
"Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut...
"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu.

Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.

Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.

"Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?.... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

Hikmahnya:
Pertama, KEMARAHAN adalah karena NAFSU dan ajakan SETAN, PENYESALAN yang akan didapat kalau kita menurutinya. Maka janganlah sekali-kali mengambil keputusan dalam keadaan MARAH .Dan biasakan kita untuk MEMAAFKAN orang lain...Hal ini dalam apapun, termasuk dalam hubungan suami istri, pemerintahan, poliktik dan sebagainya.

Firman Allah..Surat Ali Imran:134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang MENAHAN AMARAHNYA dan MEMAAFKAN (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Yang kedua, janganlah terlalu MENCINTAI HARTA secara berlebihan,hal ini akan MEMBUTAKAN HATIi..."JADIKANLAH HARTA ITU DI DALAM GENGGAMAN TANGANMU, BUKAN DI DALAM HATIMU