Sabtu, 01 Agustus 2009

Agar Depresi Tidak Menghampiri

Agar Depresi Tidak Menghampiri
by admin

Mega (33) seorang penggembira yang pandai menyemarakkan suasana. Acara kumpul-kumpul dengan teman-teman atau keluarga besarnya menjadi lebih menyenangkan kalau ada Mega. Obrolannya membuat orang yang mendengarkannya menjadi optimis dan lebih bersemangat.

Tapi sore itu, ketika ditemani oleh sepupunya untuk berkonsultasi dengan seorang psikiater, ia bukan lagi Mega yang dulu. Suaranya datar, senyumnya tipis dan bibirnya bergetar ketika menjawab pertanyaan psikiaternya. “Segala sesuatu terasa begitu berat bagi saya. Enam bulan terakhir ini saya hanya bisa menangis, tidak bisa tidur, dan tidak punya energi untuk apapun.” keluhnya.

Mega bukanlah pengecualian. jika hasil survei Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) yang di umumkan bulan Juni 2007 yang lalu boleh dipercaya, maka hampir semua orang di Indonesia sedang mengalami depresi. Betapa tidak, menurut survei ini 94% masyarakat indonesia mengidap depresi dari tingkat ringan hingga yang paling berat. “Kesehatan mental bangsa ini sudah sangat rendah,” komentar Dr Fachmi Idris, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sesaat setelah menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Juni 2007 yang lalu. Dan keadaan ini menjadi makin parah dengan melambungnya harga-harga kebutuhan sehari-hari akibat global warming dan kenaikan harga BBM.

Angka ini cukup mengagetkan bagi banyak orang. Depresi memang menyelinap dengan diam-diam sebagai stres yang tidak teratasi. Karena tidak ketahuan dan diabaikan, stres berlanjut ke fase depresi dan bisa diakhiri dengan bunuh diri. “Padahal, depresi bisa disembuhkan. Dengan cara holistik, penyembuhan pun akan lebih dipercepat dan lebih tuntas,” kata Dr Tb.Erwin Kusuma, Sp Kj (K), saat ditemui ditempat prakteknya di proV clinic.

Terus meningkat

Hasil pengamatan WHO (World Health Organization) juga tidak terlalu menggembirakan. WHO tahun 2007 menyebutkan angka 121 juta (kira-kira 2%) manusia di bumi yang mengidap depresi, rata-rata berada di usia produktif, yaitu dibawah 45 tahun. Separo dari jumlah ini, yaitu 50% pernah berpikiran untuk bunuh diri dan 15% yang betul-betul bunuh diri. Tidak mengherankan, karena hanya 30% penderita yang mendapat terapi yang memadai. Ke depan depresi telah diprediksi oleh WHO sebagai penyebab masalah utama pada tahun 2020.

Meski perempuan lebih rentan dan lebih sering terkena depresi (9,5%) dibandingkan pria (5,8%), setiap orang dari semua kelompok usia, baik lelaki maupun perempuan rentan depresi. Pada wanita yang sangat energetik seperti Mega pun, depresi bisa datang tak terdduga.

“Biasanya ini terjadi karena kalau ada perubahan pada fisik, mental, atau lingkungan seseorang,”Dr erwin menjelaskan,’’sesuai definisi WHO,orang disebut sehat jika jiwa, raga, dan kehidupan sosial atau lingkungannya sehat.

“Depresi bisa disembuhkan. Dengan cara holistik, penyembuhan pun akan lebih dipercepat dan lebih tuntas.”

“Saat menghadapi perubahan, seseorang akan mengalami ketegangan atau stres. Ia pun akan memberikan reaksi dan melakukan adaptasi. Depresi akan muncul jika ia tak bisa beradaptasi,” kta Dr Erwin.

Sebagai wanita yang sukses membina karir sebagai sekretaris direksi. Mega mulai stres ketika bosnya menjadi tersangka dalam perkara money loundring. Merasa terganggu dan was-was terus oleh penyelidikan kejaksaan dan polisi, ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Pada saat yang sama, suaminya minta pensiun dini untuk berwiraswasta. Tinggal dirumah dan terkucil dari pergaulan teman-teman kaantor, membuat Mega tenggelam dan depresi.

Makan-makan, berbelanja, mengobrol yang dulu sangat dinikmati oleh Mega ssudah tidak menarik lagi baginya. Kegiatan rutin seperti makan, tidur, dan berbelanja sehari-hari terasa amat berat. Adanya kala, berhari-hari ia tak keluar dari tempat tidur. Ia pun hanya menatap kosong mendengar tangisan putri bungsunya yang baru berusia tiga bulan minta susu dan diganti popoknya. Melihat keadaan istrinya, sang suami terpaksa menyerahkan putrinya itu untuk di asuh oleh sepupunya.

Membedakan depresi

“The black dog”, begitu julukan yang diberikan Winston Chuchill, mantan Perdana Menteri Inggris, untuk depresi bagaikan bayangan hitam kelam yang mengusir gairah hidup seseorang. “Tapi stres dan sedih tidak bisa dikatakan depresi,” kata Dr Erwin. “Bisa saja orang sedih karena sedang down atau karena mengalami kehilangan. Lagipula, kesedihan bersifat sementara, sedang orang yang depresi merasa sedih tanpa alasan yang jelas untuk waktu yang lama.”

Tidak seperti gangguan jiwa yang disalah-artikan oleh sebagian orang awam sebagai penyakit “gila” dengan kelakuan yang eratik, depresi ditandai oleh kelesuan dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasa dilakukan, serta ketidakmampuan untuk menikmati apa pun. Secara garis besar, seseorang dikatakan depresi kalau gejala-gejala tertentu berlangsung terus menerus lebih dari dua minggu serta mengganggu pekerjaan dan kemampuan penderita untuk berfungsi secara normal.

Gejala-gejala yang paling umum adalah:

- Mengalami depresi hampir setiap hari dan hampir sepanjang hari.

- Interes yang sangat berkurang pada semua atau hampir semua hal yang dulu diminati

- Berat badan turun secara signifikan meski tidak sedang diet, atau berat badan naik lebih dari 5% selama sebulan. Selera makan sangat berkurang atau sangat besar.

- Sulit tidur atau justru ngantuk terus.

- Kegelisahan yang tampak pada gerakan motorik yang melambat.

- Merasa lesu dan lelah hampir setiap hari.

- Merasa tidak berharga atau bersalah secara berlebihan.

- Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi, tak bisa mengambil keputusan.

- Keinginan bunuh diri yang muncul berkali-kali.

Mengapa wanita rentan

Seperti juga pada pria dan anak-anak, faktor genetik, gaya hidup, peristiwa traumatik, dan tekanan kehidupan dari lingkungan meningkatkan resiko depresi pada wanita. Namun wanita hampir dua kali lebih besar resikonya. Salah satu penyebabnya adalah hormon. Sudah menjadi fakta ilmiah, mood kita dipengruhi oleh hormon, dan ada wanita-wanita yang lebih sensitif terhadap perubahan hormon dalam tubuhnya dari wanita lain. Menjelang haid, saat menghadapi menopause atau beberapa bulan setelah melahirkan (post partum depression) adalah masa rawan depresi karena mood bisa drop. Pil KB pun bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Gaya hidup wanita urban yang superwomen – ya memenej rumah tangga, ya mngatur jadwal les, ya antar jemput anak, ya ngantor – sangat menguras energi. Dan sering kali gaya hidup ini tidak ddiimbangi oleh aktifitas relaksasi maupun dukungan dari orang-orang disekililingnya yang meringankan stres kehiduannya. Lama kelamaan, defisit energi ini akan berakibat kekosongan emosi dan spiritual yang menjadi pra syarat untuk depresi.

Kerangka emosi wanita pun membuatnya lebih rentan. Coba tengok perumpamaan dari Tracy Gaudet, MD, Direktur dari Medicine yang bernaung pada Duke University Medical Center, Durham, North Carolina, dan penuylis buku Consciously Female (Sadar Sebagai Wanita). Jika pria cenderung membentengi dirinya dengan dinding batu kokoh, wanita cenderung membangun jendela kaca yang besar. Dinding batu ini bagaikan benteng yang melindungi pria dari gejolak emosi kehidupan sehingga pria lebih mudah mengambil jarak dari kejadian-kejadian di sekelilingnya. Sebaliknya, jendela kaca memungkinkan wanita untuk melihat dan merasa lebih terlibat dalam kehidupan.

Pada wanita yang depresi, jendela kacanya itu ambruk, sehingga tak ada lagi pemisah antara dirinya dan kejadian-kejadian diluar sana. Celakanya, diluar sana ada orang-orang yang melemparkan “sampah” (baca: masalah) dengan sekop ke arahnya. Padahal wanita itu tak punya sekop untuk mengeluarkan “sampah”nya antara lain dengan curhat. Atau meminjam kalimat Dr Erwin: “Bila kesedihan tidak diungkapkan dengan air mata, oragan -organ lain akan ‘menangis’.”

Mengatasi depresi

“Depresi perlu iterapi secara efektif bukan saja karena penderitaan yang diakibatkan, tapi juga karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan,” advis Dr Erwin. Sebuah penelitian menunjukan bahwa wanita dengan depresi berisiko 41 persen lebih besar untuk terserang stroke. Depressi juga meningkatkan risiko sakit jantung, Parkinson’s, dan penyakit-penyakit lain.

“Terapi oleh psikiater biasanya dilakuikan secara holistik, terdiri atas farmakoterapi – yaitu minum obat – untuk mengatasi gejala depresi, dan setelah pasien sudah kooperatif dan bisa diajak bicara, terapi diteruskan dengan psikoterapi untuk mengatasi penyebab depresi,” begitu sarannya. “Saat sudah bebas gejala, pasien dikatakan sembuh tapi belum sehat,” Dr Erwin menegaskan. “Pasien harus terus ke dokter sampai sehat sesuai definisi WHO tadi: sehat jiwa, raga, dan kehidupan sosialnya,” katanya.

Meski sudah sehat, kemungkinan kambuh selalu ada. “Jika terapinya tuntas, kalaupun kambuh, depresi tidak akan separah semula,” ungkap Dr Erwin.

Makin cepat makin baik

Begitu gejala depresi sudah menyurut, beberapa tips ini bisa mempercepat proses penyembuhan depresi.

Mengubah makanan

Makanan yang anda konsumsi mempengaruhi mood Anda. Perbanyak konsumsi makanan kaya omega-3 (salmon, tuna atau ikan lain) dan omega-6 (buncis, kacang-kacangan) dalam jumlah lebih sedikit untuk memperbaiki kerja saraf otak. Defisit omega-3 membuat mood mudah drop. Hindari makanan dan minuman manis yang menyebabkan energi Anda naik turun secara drastis

Latihan fisik

Lakukan gerak badan secara teratur untuk mempercepat proses penyembuhan total. Sebuah penelitian pada 202 orang dewasa, pada tahun 2007, mengungkapkan bahwa olahraga efektif sebagai anti-depresi pada pengidap depresi berat., tidak pedulli jenis aktivitasnya: dansa atau joget sendiri dirumah, berenang, naik sepeda “bodoh” (stasioner), atau yoga.

Cari dukungan

Menyendiri dan rasa kesepian akan memperparah depresi. Anda perlu bergaul dengan teman-teman yang bisa mengalihkan perhatian Anda saat sedang ddihantui “si anjing hitam”. Cari musik yang mengangkat spirit Anda, nonton film lucu agar tertawa terpingkal-pingkal, relaksassi di alam atau ikut kelompok meditasi. Apa saja untuk mengalihkan perhatian Anda sejenak.

Sentuhan kasih sayang

Lingkungan dan sentuhan yang penuh kasih sayang mempunyai kekuatan penyembuhan yang dahsyat. Meski libido menurun saat depresi (”Nanti juga akan kembali normal,” kata Dr Erwin), Anda tetap bisa menikmati pelukan dan belaian pasangan Anda. Terapi pijat atau memelihara binatang piaraan yang bisa dipeluk-peluk telah terbukti mempunyai efek positif.

Syukuri setiap langkah

Membuat perubahan gaya hidup bagi seorang pengidap depresi bukan hal yang mudah. Jadi akui setiap keberhasilan. Langkah-langkah sukses sekecil apapun, akhirnya akan membawa Anda keluar dari dunia yang dibayang-bayangi “si anning hitam” menuju kehidupan yang cerah.

“Karena itu selain obat dokter dan psikoterapi, pasien sebaiknya dibuatkan rekaman aura untuk mencek apakah masih ada “virus” depresinya. Orang yang sehat mempunyai aura utuh dan mulus, ” katanya lagi.

Aku dan sadari

Setelah beberapa tahun sembuh, perlahan Mega mulai mengenali keadaan-keadaan apa saja yang membuatnya rentan depresi, yaitu kalau ia mulai malas berdandan. Karena merasa kurang pede dengan penampilannya, ia cenderung menolak ajakan gaul dari teman atau sepupu-sepupunya. Makin terisolir dari pergaulan membuat jiwanya makin terpuruk. Jadi, kini ia berusaha mengintervensi depresinya dengan ikut klub yoga dan aktif bersama beberapa temannya.

Seperti Mega, mengatasi depresi tidak selalu berarti bahwa untuk selanjutnya hari-harinya akan bebas dari bayangan kesedihan atau kepedihan. Merangkul hidup sepenuhnya berarti ikhlas menerima semua perubahan, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.

Semua mahluk hidup pasti mengalami perubahan, karena itulah satu satunya kepastian dalam hidup. Tapi selama dirinya mampu beradaptasi, depresi tak akan menghampiri.

sumber : holistic healt care

Tidak ada komentar:

Posting Komentar